Oleh: Mr. Nasrul Harahab, S.Pd.I., M.Pd

~ Headmaster of SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura~

____________________________________________________

Rasanya malu jika banyak mengeluh, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain serta malu ternyata sudah 36 tahun belum banyak berkontribusi untuk bangsa. Ya, saya dilahirkan bulan Agustus 1985, waktu kurang lebih 20 tahun masa produktif belum maksimal saya kerahkan untuk mengisi kemerdekaan, bukan memperjuangkan kemerdekaan.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana para pejuang kemerdekaan sebelum 17 Agustus 1945, cerita para orangtua, membaca dari buku sejarah seakan belum dapat mewakili betapa sulitnya masa itu dan betapa beratnya harus bertahan dibawah tekanan para penjajah. Makanan terbatas, pakaian terbatas, tempat luas namun terasa sempit, teknologi yang belum maju, persenjataan yang ala kadarnya dan keterbatasan lainnya. Jika saya hidup kala itu belum tentu saya kuat, atau malah ikut penjajah agar bisa makan enak dan merasa aman.

Saya hanya menjalankan rutinitas anak kampung saja, pagi pergi belajar di sekolah dan siang pergi ke ladang bersama teman – teman anak kampung lainnya untuk mencari rumput, karena hampir satu desa memiliki hewan ternak berupa kambing atau sapi. Sapi bukan untuk digemukkan kemudian dijual karena banyak dagingnya, namun sapi digunakan untuk alat transportasi dan juga membajak sawah. Hampir tidak pernah terlintas masa depanku seperti apa ya? Tidak tahu kalau dunia ternyata sudah berkembang sedemikian rupa, bahkan dalam melanjutkan sekolahpun tidak ada pilihan, ya mengalir begitu saja, setelah dari MI ke MTs, kemudian MA. Satu kampung hampir sama sekolahnya yaitu di madrasah, yang dulu menjadi second choice bahkan dipandang rendah, padahal itu adalah sekolah resmi yang mengikuti kurikulum pemerintah.

Atas ketertinggalan saya itu menyadarkan pada diri saya bahwa wawasan adalah penting, pengetahuan adalah penting, pengalaman adalah penting dan berani mencoba adalah penting. Wawasan, pengetahuan, pengalaman adalah bekal dalam menyelesaikan berbagai macam problem yang sering kita temui, dan akan selalu kita temui bahkan akan semakin meningkat tingkat kerumitannya sehingga membutuhkan perbendaharaan solusi yang lebih banyak. Cara belajar seseorang berbeda – beda, saya senang belajar dengan melihat video di youtube, mendengarkan orang presentasi dan agak kurang senang dengan membaca, namun ada yang kebalikan dengan saya, semua itu tidak masalah karena intinya bagaimana informasi mudah masuk kedalam otak kita.

Saya sedih jika melihat para generasi muda yang serba kecukupan namun belajar saja harus dioyak – oyak (disuruh – suruh) oleh orangtuanya, mengumpulkan tugas harus diingatkan terus oleh gurunya, bahkan ada yang sengaja melawan orangtua karena keinginannya tidak dituruti, bukan berfikir untuk memberi yang terbaik tapi meminta yang terbaik. Yah… mungkin belum pernah belajar bahwa tangan diatas adalah lebih baik, lebih mulia daripada tangan dibawah. Apa yang sudah kita berikan? Apa dan apa yang sudah kita berikan kepada orangtua, kepada bangsa yang sudah 76 tahun merdeka dari penajajah namun belum merdeka dari ketertinggalan atas negara yang sudah maju? Malu rasanya jika mager (malas gerak), malu rasanya jika hanya rebahan diatas kasur empuk yang mana kita membayangkan bagaimana kesulitan masa penjajahan saja tidak bisa.