Oleh: Aan Yudha Nugraha, S.Pd., M.Pd.


Ada yang ngikutin podcast Deddy Corbuzier? ternyata dia kena “badai sitokin” bahkan tanpa gejala selama 2 minggu Bahas yuk soal badai sitokin. Jangan lupa share biar kita semua lebih aware sama badai ini. Ok, Mari kita pahami dulu soal “Sitokin”. Apa itu Sitokin?

Sitokin adalah salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Tugasnya membantu sistem imun berkoordinasi untuk melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Tapi, sitokin kalo diproduksi secara berlebihan, justru bisa menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Inilah yang disebut “Badai Sitokin” (sumber: Alodokter )

Badai sitokin merupakan sindrom yang muncul post covid-19 penyebab kematian. Badai sitokin bukan nama penyakit, badai sitokin merupakan sindrom yang mengaju pada suatu gejala medis. Pada saat terjadi sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan. Jika tubuh mengalami badai sitokin maka organ tubuh akan gagal berfungsi dan hal tersebut dapat memicu kematian. Badai sitokin tidak saja dialami oleh penderita covid, tapi juga oleh penderita autoimun, influenza H1N1 dan beberapa pasien pada pengobatan kanker, badai sitokin disebabkan oleh inveksi virus.

Kalau kondisi normal, produksi sitokin bisa ampuh melawan virus. Tapi kalo berlebihan atau sampai badai sitokin, malah bisa balik nyerang organ tubuh kita. Pada saat kita diserang virus corona, sel darah putih akan merespon dengan memproduksi sitokin untuk memerangi virus corona. Sebagai catatan : sebagian besar badai sitokin dialami oleh penyintas covid, dan bisa menyerang meskipun virus sudah tidak ada. Ingat kasus Deddy Corbuzier? Dia sudah dinyatakan negatif tapi tetep terkena badai sitokin.

Efek dari badai sitokin ini bisa merusak paru-paru sampai kritis. Sebagian besar angka kematian covid-19 di Indonesia karena badai ini. Badai sitokin bisa merusak paru-paru sampai bocor, dan mengurangi oksigen dalam darah. Ini sebab kenapa 50% pasien positif bisa beresiko meninggal (sumber : ).

Kapan perlu waspada? Perlu ekstra kewaspadaan : 6-7 HARI setelah terjangkit virus. Masa-masa ini tubuh bakal menghasilkan banyak sitokin buat memerangi virus, dan perlu waspada kalau produksinya berlebihan. Gejalanya hampir mirip-mirip seperti yang disebabkan oleh virus. Atau bahkan, malah tidak ada gejala sama sekali (seperti kasus Deddy C). Menurut dr. Ronald Hukom yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam  (Hematologi dan Onkologi Medik) menyebutkan sampai detik ini, belum ada pengobatan khusus soal badai sitokin. Tapi kalau orang terdekatmu ada yang mengalami ini, langsung hubungi pihak Rumah Sakit ya, biar segera ditangani.

Selalu jaga kesehatan ya teman-teman selama pandemi ini. Semoga tulisan tentang badai sitokin ini bisa bikin aware buat kita semua