Suhaila Zakiya Najah, S.Pd.
Susu telah menjadi bagian dari makanan manusia selama ribuan tahun yang merupakan salah satu sumber kalsium dan vitamin D, namun apakah kita benar-benar membutuhkannya? Beberapa dari kita akan menjawab “ya”, dan ada yang menjawab “tidak”. Namun nutrisi yang kita butuhkan didasarkan pada sains bukan opini – jadi mari kita buktikan bersama-sama dengan sains.
Susu merupakan minuman yang menarik. Gula di dalamnya disebut laktosa dan laktosa membutuhkan bahan kimia atau enzim yang disebut laktase untuk bisa dicerna oleh tubuh kita. Ketika kita masih bayi, kita semua menghasilkan banyak enzim laktase yang memungkinkan kita mencerna ASI. Pada populasi di mana susu dikonsumsi dalam jumlah rendah, seperti Jepang dan Cina, sebagian besar anak akan berhenti memproduksi laktase segera setelah disapih dan membuat mereka mengalami “lactose intolerance”. Kondisi ini ketika seseorang mengalami diare, muntah, kembung, dan gejala lain ketika mengonsumsi produk susu dikarenakan tubuhnya tidak mampu mencerna laktosa. Pada negara-negara yang mengonsumsi susu dalam jumlah besar, mereka cenderung tidak memiliki kondisi lactose intolerance, namun benarkah mereka lebih sehat?
Memang betul jika kita mengatakan susu merupakan salah satu sumber protein, vitamin D, dan kalsium. Akan tetapi susu bukanlah satu-satunya sumber protein, vitamin D, dan kalsium, bahkan beberapa penelitian membuktikan bahwa susu dan produk sapi lainnya merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit diabetes, darah tinggi, osteoporosis, kanker prostat, kanker payudara, dan kanker rahim. Hal ini dikarenakan produk sapi merupakan makanan yang tinggi lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui konsumsi makanan tinggi lemak, lemak jenuh, dan kolesterol meningkatkan risiko penyakit hipertensi <tekanan darah tinggi>, yang menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Keju juga sangat berbahaya karena 70 persen kandungannya berupa lemak.
Cara Mendapatkan Kalsium dan Vitamin D Selain Produk Susu
Manusia membutuhkan tulang yang kuat untuk bisa beraktivitas dan bekerja dengan bai, maka dari itu kita membutuhkan asupan kalsium dan vitamin K. Kita bisa mendapatkan kalsium dan vitamin K sekaligus sayuran hijau tertentu seperti kangkung dan brokoli, sedangkan susu hanya mengandung kalsium, tidak vitamin K. Jika kita mengonsumsi susu, tubuh tidak akan bisa menyerap kalsium secara maksimal karena kalsium membutuhkan vitamin K. tahu dan produk kedelai juga mengandung tinggi kalsium, sehingga aman dan bisa memenuhi asupan kalsium per hari jika dikonsumsi.
Vitamin D juga diperlukan untuk kesehatan tulang. Tanpa vitamin D yang cukup, hanya 10-15 persen kalsium yang bisa diserap. Susu tidak secara alami mengandung vitamin D, tetapi ada vitamin D yang ditambahkan ke dalam susu. Sumber alami vitamin D adalah sinar matahari: Kulit kita membuat vitamin D saat terkena sinar matahari. Beberapa makanan secara alami mengandung vitamin D—dan tidak ada produk susu yang secara alami mengandung vitamin ini. Oleh karena itu, roti, jeruk, dan kedelai atau susu nabati lainnya ada sebagai pilihan untuk menyediakan vitamin D melalui makanan. Lima sampai 15 menit paparan sinar matahari pada jam 10 pagi ke lengan dan kaki, atau tangan, wajah, dan lengan, bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D banyak orang.
Cara lain untuk melindungi tulang termasuk kurangi konsumsi garam, makan lebih banyak buah dan sayuran, serta memastikan asupan kalsium yang cukup dari makanan nabati seperti kangkung, brokoli, sayuran berdaun hijau lainnya, dan kacang-kacangan. Terakhir, olahraga adalah salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko osteoporosis. Manfaatnya telah diamati dalam penelitian terhadap anak-anak dan orang dewasa.
Jadi selama ini yang kita butuhkan bukanlah susu melainkan kalsium, vitamin K, dan vitamin D. Memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin tersebut bisa dilakukan tanpa mengonsumsi produk susu dan dengan mengurangi konsumsi susu, kita bisa menghindari berbagai resiko penyakit yang muncul.
Komentar Terbaru