Dinamika Pendidikan Anak

Oleh : Siti Nur Azizah

(Counseling Guidance Teacher SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura)

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, yang artinya setiap manusia berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan secara umum memiliki arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dalam perkembangannya, pendidikan dimulai dari bagaimana orangtua memberikan pendidikan dasar pada anak. Sebagaimana  yang kita ketahui bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Maka sebagai orangtua, ataupun calon orangtua penting bagi kita untuk mengetahui tahapan cara mendidik yang benar agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan ketentuan syariat Islam dan dapat membanggakan orang tua.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu merumuskan cara memperlakukan atau mendidik anak berdasarkan jenjangnya, yakni:

________________________________

Kelompok anak usia 7 tahunan pertama, Anak sebagai Raja (usia 0-7 Tahun)

Anak dibawah usia 7 tahun dilayani dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal yang terbaik, sebab sekalipun hal kecil yang kita lakukan dapat memberikan dampak sangat banyak dalam proses perkembangan perilakunya, misal, apabila kita langsung menjawab atau menghampiri saat anak memanggil bahkan saat kita sibuk sekalipun, kelak anak juga akan memenuhi panggilan kita. saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga tidur maka kelak kita akan dapat terharu saat anak memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit. Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat anak melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah kelak anak akan mampu menahan emosinya ketika orang lain melakukan kesalahan padanya.

Tahap ini, anak belajar dari sikap kita kepadanya, jika kita lembut kepadanya maka anak akan tumbuh menjadi orang yang lembut. Lembut bukan berarti memanjakan, namun tetap dapat berlaku tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya.

______________________________________

Kelompk Anak usia 7 tahun ke dua, Anak sebagai Tawanan (usia 8-14 Tahun)

Tawanan perang dalam Islam sangatlah terhormat, ia mendapatkan haknya secara proposional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Dan di usia anak 8-14 tahun adalah usia yang tepat bagi anak untuk diberikan hak dan kewajiban tertentu. Bahkan Rasulullah SAW mulai memerintahkan seorang anak untuk shalat wajib usia 7 tahun dan memperbolehkan anak dipukul/diberi hukuman (kasih sayang bukan secara keras, ed) ketika usia 10 tahun ketika malas/meninggalkan sholat. Maka, usia ini menjadi usia yang tepat dalam mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama, baik yang diperintahakan maupun yang dilarang, seperti

  1. Melakukan sholat wajib 5 waktu
  2. Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
  3. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
  4. Membiasakan membaca Al-Qur’an
  5. Membantu pekerjaan rumah tangga yang mudah dikerjakan oleh anak seusianya
  6. Menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Reward (hadiah,penghargaan/pujian) dan punishmen (hukuman/teguran) dibutuhkan pada usia ini karna anak harus dapat memahami arti dari tanggungjawab dan konsekunsi.

Namun, perlakuan pada anak tidak harus sama, karena every child is unique (setiap anak itu unik)

_______________________________________________

Kelompok anak 7 tahun ketiga, Anak sebagai sahabat (usia 15-21 Tahun)

Usia 15 menjadi usia anak menginjak akil baligh. Maka sebagai orangtua ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam proses pendampingan untuk anak yakni;

  1. Berbicara dari hari ke hati, orangtua memberikan penjelasan akan proses anak yang sudah remaja dan beranjak dewasa, banyak perubahan yang akan terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan secara mental, spiritual, social,budaya dan lingkungan. Komunikasi tersebut dimaksudkan agar terbangun kesadaran dalam diri anak akan problem solving serta dapat mengetahui bahwa pada usianya, ia sudah memiliki buku amalan sendiri yang kelak akan di mintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
  2. Memberi ruang lebih, setelah memasuki usia akil baligh, anak mungkin perlu ruang agar merasa tidak terkekang,meskipun tetap dalam pengawasan oranngtua. Pengawasan (Controlling) dibutuhkan tanpa membuat anak merasa orangtua mereka bersikap otoriter. Dan doa orangtua masih harus selalu mengiringi anak untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan begitu anak akan merasa penting, dihormati,dicintai, dihargai dan disayangi. Dan anak pun akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk cendrung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
  3. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat, usia ini penting bagi anak untuk memberikan tanggungjawab yang lebih berat dan lebih besar, agar anak memiliki kepribadian yang cekatan, mandiri, bertanggungjawab dan dapat diandalakan. Contohnya, pemberian tanggungjawab untuk membimbing adik-adiknya, mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangan sendiri.
  4. Membekali anak dengan keahlian hidup, yakni dengan mendaftarkan sekolah yang tepat bagi anak.

 

_____________________________

Sedang menurut Jean Piaget, tokoh penggagas teori perkembangan kognitif memberikan penekanan pada tahap perkembangan kognitif manusia. Tahapan Piaget mengenai perkembangan intelektual adalah

Pertama, Sensosimotor (sejak kelahiran s/d usia 2 tahun) yakni,membedakan diri sendiri dengan setiap objek, mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu. Menguasai keadaan tetap dari objek atau menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi terjangkau oleh indra.

Kedua, Praoperasional (2-7 tahun), yaitu belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan kata-kata. Berpikir masih bersifat egosentris, atau mempunyai kesulitan menerima pandangan orang lain. Mengklasifikasikan objek menurut satu tanda.

Ketiga, Operasional/konkret (7-12 tahun), yaitu mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian. Menguasai konservasi jumlah, jumlah tak terbatas, dan berat. Mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam satu seri berdasarka satu dimensi, seperti ukuran.

Keempat, operasional formal (12 tahun ke atas), yaitu mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis. Menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis

Kesimpulannya adalah dalam proses pendidikan anak, orangtua bukan hanya melalui sudut pandang pribadi orangtua yang turun temurun, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan perkembangan zaman agar anak mampu bersaing serta maksimal dalam menggunakan potensi anak sepenuhnya.

Sebagaimana pesan Ali bin Abi Thalib Ra, “Didiklah anakmu sesuai jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu”.

 

Kartasura, 20 Mei 2019 (Ramadhan 15, 1440 H)