Harapan Baru Pendidikan Indonesia di Tengah Wabah

Oleh: Mr. Moh. Jafron Syah, S.Si., M.Si

~ Teacher of Biology in SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura~

____________________________________________________

Indonesia kembali krisis. Bukan hanya ekonomi yang berkontraksi, namun sektor pendidikan, sosial, keamanan, serta berbagai lini mengalami krisis. Ini terjadi secara tiba tiba, sehingga dampaknya pun tak diduga-duga. Semua terjadi dengan sangat cepat. Dari segi ekonomi jelas terlihat, pengusaha besar banyak yang ambruk karena tak mampu menopang lesunya perdagangan. Apalagi pelaku usaha kecil dan menengah, mereka perlahan runtuh lunglai akibat rendahnya permintaan serta minimnya modal yang tak bisa menyokong usaha mereka. Imbasnya, kehidupan sosial mulai berubah. Jika kita tarik ke belakang, mungkin tak ada satupun yang menyanggah musabab dari krisis saat ini adalah hadirnya strain baru virus corona pada awal tahun 2020. N- covid 19, nama strain baru itu, yang pertama kali terkonfirmasi dari negara yang tidak terlalu jauh dari Indonesia. Meskipun awalnya pemerintah kita optimistis jika negeri dengan berpuluh juta netizen ala ala ini tidak akan terpapar n cov 19. Nyatanya angka pasien terpapar ribuan.

Baik, mari kembali bahas imbas dari kehadiran N cov 19. Tidak usah bicara data statistik pasien, namun bagaimana pendidikan Indonesia menghadapi serangan virus yang entah sampai kapan perang ini berakhir. Sejak pertama kali presiden Joko Widodo mengumumkan pasien covid 19, serentak masyarakat tersadar bahwa wabah telah sampai di negeri khatulistiwa ini. Berbagai kebijakan dari segala sektor dirubah merujuk kondisi darurat negara. Salah satunya pendidikan formal putra putri penerus bangsa. Dari satuan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi diwajibkan untuk belajar di rumah. Semua dilakukan secara daring sesuai instruksi physical distancing dan study from home dari pemerintah. Pelaksanaan belajar daring sepenuhnya diserahkan lembaga masing-masing. Bagi pelajar di perkotaan mungkin tidak menjadi kendala karena jaringan internet yang tak lagi bermasalah. Hal ini berbeda cerita bagi mereka yang di desa bahkan cenderung pelosok. Kendala jaringan internet acap kali menjadi dilema orang tua dan siswa. Belum lagi, saat perekonomian lesu seperti saat ini membuat sebagian masyarakat tak mampu membeli kuota internet yang mencukupi. Alih- alih untuk membeli kuota internet, jatah lauk harian saja harus jeli bagi mereka yang sumber keuangannya tak menentu. Ini baru segelintir peliknya pendidikan di tengah pandemi. Menelisik lebih jauh, ada lagi permasalahan yang lebih serius. Coba saja lihat di gang- gang perumahan atau pematang. Masih banyak dijumpai anak- anak riang gembira untuk sekedar bermain atau lebih parahnya mabar, memanfaatkan fasilitas wifi RT setempat. Hal ini jamak dilakukan saat jam diberlakukannya sekolah dari rumah. Pengawasan orang tua sangat dibutuhkan dalam rangka meminimalisir bahkan mencegah unmatch konsep belajar dari rumah yang digalakan pemerintah selama pandemi corona. Jangan sampai ada istilah libur corona dalam benak putra- putri kita.

Wajah pendidikan tanah air selama pandemi memang sesuatu yang tidak kita sangka. Tak ada persiapan matang untuk sesegera mungkin merubah yang konvensional menjadi modern seperti konsep e-learning. Meskipun wacana pemerintah melalui gebrakan menteri Nadiem, Indonesia mulai menuju ke arah sana, setidaknya ini menjadi pijakan dasar bagaimana memodernkan pendidikan di Indonesia. Langkah tersebut dimulai saat ini, dimana kehadiran wabah corona sedikit nya menjadi dasar dimulainya e-learning di Indonesia seperti yang dilakukan negara- negara maju.

Bagi pendidik entah itu guru maupun orang tua, marilah kita bahu membahu memajukan Indonesia apapun kondisinya. Jadikan sesuatu yang menimpa kita sebagai suatu hikmah. Bagi putra putri generi penerus bangsa, lakukanlah yang terbaik untuk bumi pertiwi, Indonesia.

Karanganyar, 20 April 2020