KEPEMIMPINAN AYAH

Oleh: Nasrul Harahab, S.PdI.,M.Pd.,Gr (082020)

~ Principal SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura ~

____________________________________________________

Awal tahun 2020 saya membeli sebuah buku yang berjudul “8 Modul Terobosan Kepemimpinan”, ditulis oleh Ari Retno Habsari (seorang coach yang berpengalaman), bukunya berukuran kertas A-5, terdiri dari 136 halaman. Al-hamdulillah saya dapat membaca buku tersebut, sehingga dapat tambahan wawasan dalam hal kepemimpinan, namun jujur saya bukanlah “kutu buku” , tidak kuat ketika harus memnaca berlembar – lembar dalam satu waktu, saya lebih senang belajar dengan cara melihat langsung kepemimpinan sesorang dan diskusi dengannya serta mendengarkan dalam forum – forum seminar dan workshop, itupun jika pematerinya menarik dalam menyajikan penjelasan, jika tidak pasti saya sudah menggambar dalam buku catatan saya atau tidur, ada yang sama dengaku, hehe.

Memimpin bukanlah perkara mudah, walau saya sudah sering jadi ketua, baik ketua kelas, ketua OSIS dan ketua diberbagai organisasi dan kepanitiaan serta menjadi seorang kepala sekolah yang sudah memasuki tahun ke sepuluh belum dapat menjadikan saya mahir dalam memimpin, seiring dengan periode satu ke periode dua bahkan dipindah ke jenjang yang lebih tinggi (periode ketiga) semakin kelihatan saja ketidaktahuan saya dalam memimpin, dan ternyata ada yang lebih rumit dari itu semua, yaitu memimpin keluarga, walau anggotanya hanya istri dan tiga orang anak, sungguh tantangannya lebih kompleks, sebab membangun kredibilitas seorang kepala sekolah atau guru jauh lebih mudah daripada membangun kredibiltas seorang kepala keluarga. Mengapa? Karena kita bersama mereka lebih banyak dari sisi durasi waktu, dapat mudah melihat segala aktivitas kita, jika melakukan kesalahan sedikit saja dapat dibaca oleh anggota keluarga dan bisa membuat mereka kurang mempercayai kita.

Sebagian orang saat ini tidak dapat bekerja di kantor, maka cukup banyak para ayah yang menjalani WFH (Work From Home) dan sekaligus diminta oleh dinas pendidikan untuk mendadak menjadi guru bagi anak – anaknya di rumah, apalagi jika anak – anak masih usia SD, maka orang tua benar – benar dituntut untuk dapat mendampingi anak – anaknya dalam proses belajar dirumah dengan isitilah SFH (School From Home). Disinilah para ayah mendapat kesempatan sekaligus tantangan untuk menjadi seorang pemimpin keluarga yang full dalam mendampingi tumbuh kembang anak dalam waktu yang cukup lama, belajar dari negara lain; kondisi ini akan berakhir kurang lebih empat bulan, namun kita terus berdo’a semoga dengan datangnya bulan suci Ramadhan, Allah memberikan kasih dan sayangnya kepada kita semua dengan mengangkat wabah ini , Aamiin.

Saya setuju dengan tulisan Ustad Fauzil Adhim dan mumpung kita dapat full bersama anak dan istri kita dirumah, gunakan moment ini untuk membangun jiwa mereka, saya sendiri ketika masuk kerja sangat terbatas bertemu mereka, saya pergi dari rumah pukul 05.45  atau paling lambat 05.55 dan sampai dirumah rata – rata pukul 17.30 WIB. Saya merasa sangat kurang, dan menyadari hal itu, namun disisi lain saya mendapat amanah yang harus saya tunaikan dan Al-hamdulillahnya amanah berkaitan dengan mendidik juga, jadi saya berprasangka baik sama Allah bahwa ketika kita membantu orang lain kita kan dibantu juga, Allah niscaya akan membantu saya dan istri dalam mendidik mereka, insha Allah.

Kembali kepada membangun jiwa, ada salah satu teman saya yang menyampaikan kendalanya selama menjalani kebijakan SFH, kurang mampu menjelaskan materi sebab tidak biasa mengajar, tidak menguasahi materi sekolah anaknya, sehingga kesulitan dalam membantu tugas anaknya, sisi lain dia tidak ingin anaknya ketinggalan pelajaran sekolahnya. Dalam kondisi pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui dinas pendidikan, salah satunya sekolah tidak harus menuntaskan materi dalam semester ini, ujian diserahkan ke sekolah masing – masing, maka saya sarankan kepada teman saya agar lebih konsen pada membangun semangat belajarnya, jangan sampai dengan keterbatasan kita kemudian kita tetap membebani anak kita dengan materi – materi yang kita sendiri tidak dapat memahaminya, akibatnya nanti anak malah tidak semangat belajar, konsekuensi lebih jauh anak jadi tidak suka belajar (malas) dan bisa dibawa sampai ke sekolah (kegiatan sekolah aktif seperti biasa).

Namun, ketika sekarang kita konsentrasi pada membangun semangatnya maka insha Allah anak akan terus termotivasi belajarnya, artinya bisa juga ketika anak kesulitan belajar dan sama sekali tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah maka dapat dialihkan ke pendidikan lainnya, misal; mengasah kreatifitasnya melalui permainan yang disukainya (menyusun lego, membuat bangunan rumah dari kardus, dari korek api, dan lain sebagainya), untuk sementara materi yang tidak bisa dipahami dalam kurikulum sekolah dapat ditanggalkan dahulu, ketika anak sudah mulai semangat lagi dapat diajak kembali memahami materi lainnya yang dapat dipahami oleh orang tua dan anak, jadi suasana belajar menjadi asyik dan ada komunikasi yang baik, komunikasi yang baik inilah yang akan membekas dan akan lebih mendekatkan kita kepada anak kita, inilah bagian dalam membangun jiwanya.

Sekarang kita tambah agar para ayah semakin dekat dengan anak – anaknya, diawali dari anak saya yang suka bermain lego dengan membuat berbagai bentuk yang dia sukai, mulai dari mobil samsat keliling, petugas penyemprotan disinfektan, helikopter, mesin minuman otomatis dan lain sebagainya , dalam hati saya berkata “kreatifitas anak – anak itu luar biasa” disaat kita sibuk menata hati dengan adanya wabah ini mereka tetap berkarya, maka inilah pelajaran yang dapat saya ambil yaitu walau #dirumahaja harus tetap berkarya dan suatu hari saya katakan kepada ketiga anak saya @triowafi, “Coba hari ini buat truck container”, kemudian saya tinggal membantu istri dengan pekerjaan rumahnya, tahu – tahu sudah jadi dan mereka abadikan dengan cara di photret pakai ponsel saya. Diluar dugaan saya truck itu persis dengan aslinya, bak bisa dibuka, kenalpot di modifikasi naik keatas dan kreasi lainnya. Dalam hati saya berkata inilah “challenge’ yang sesuai dengan kesukaannya yang jelas manfaatnya yaitu mengasah kreatifitas anak – anak kita, selain itu melatih cara berfikir yang sistematis, keseimbangan dan estetika dalam berkarya, hal ini penting untuk stimulasi otak anak.

#dirumahaja saya manfaatkan untuk lebih banyak beraktifitas bersama anak – anak, pagi hari saya ajak mereka olahraga ringan yaitu pemanasan dan lari – lari kecil, memberi tugas pada anak pertama menyapu lantai, sementara yang kecil tetap sibuk bermain, hehe… saya tidak hanya menyuruh namun saya manfaatkan juga untuk memberi contoh menyapu dibagian belakang, selain itu menjemur pakain, mencuci piring dan kegiatan rumah tangga lainnya, bakda ashar kita main badminton bersama didepan rumah, bahkan saat hujan kita tetap badiminton walau hanya di teras rumah dengan jarak hanya 3 meter, saya beri nama badminton mini dan diluar dugaan permaian malah menjadi lucu dan sangat menghibur, apalagi setiap kali mukul shuttlecock (kok) sambil berkata “haik”, hehe….

Selain itu saya manfaatkan juga mengajak mereka belajar bersama diluar materi sekolah yaitu setiap bakda maghrib dengan melihat kisah nabi dan rasul serat kisah – kisah inspiratif lainnya di channel youtube, tentunya dibawah kendali kita jangan sampai belajar menggunakan handphone malah “kalah” sama anak dan akhirnya malah main game. hehe. Sebab di hari biasa kita tidak memberlakukan hal ini, saat keadaan normal mereka belajar atau bermain sampai pukul 20.00 WIB, inilah dinasmisasi program keluarga, seorang pemimpin keluarga tidak boleh terlalu kaku dengan kebijakannya, apalagi saat wabah dan harus stay at home maka agar tidak terlalu bosan dan tetap ada nuansa edukasi saya memilih kegiatan tersebut, al hasil sampai tulisan ini saya buat mereka menikmatinya dan meminta sendiri cerita atau kisah siapa yang dia kehendaki.

Para Ayah, jabatan diluar sana adalah amanah, namun setelah diberlakukannya kebijakan phisical distancing saya benar – benar mengevaluasi kempiminan saya di keluarga, saya menilai diri saya sendiri banyak yang terlewat dengan amanah sebagai kepala keluarga. Sebenarnya cukup banyak yang bertanya bagaimana cara membagi waktu bersama keluarga dengan aktivitas yang cukup padat? Waktu itu saya menilai diri saya cukup mampu dalam membagi waktu dengan keluarga, semua dapat berjalan dengan baik, ada masalah wajar dan kita selesaikan dengan baik – baik atas izin Allah swt. Namun, saya merasa ada yang tidak maksimal dari apa yang saya lakukan selama ini, beberapa ada yang terlewat yang perlu saya benahi, inilah saat yang tepat dan berharga bagi para ayah untuk memperbaiki kepemimpinan kita di keluarga.

Salah satu kunci sukses dalam memimpin menurut Ari Retno Hapsari, penulis buku yang saya ceritakan diatas adalah mampu membangun hubungan yang baik, beliau menggaris bawahi bahwa yang paling sering muncul adalah bukan seorang dengan kemampuan kecerdasan terbaik, atau seorang yang mempuanyai pengetahuan luas yang menjadi paling sukses, melainkan orang yang mampu membangun hubungan yang baik. Mari belajar bersama untuk menjadi pemimpin keluarga yang mampu membangun hubungan yang baik, baik dengan istri terlebih dahulu, ketika dengan pasangan hubungannya baik, komunikasi lancar insha Allah hubungan dengan anak juga akan baik, tentunya harus dengan do’a “Robbana hablana min azwajina, wadzurriyatina qurrota a’yun, waj’alna lil muttaqina imama” (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri – istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang – orang yang bertakwa) dan bimbingan dari kita sebagai pemimpin keluarga.

 

#lebihdekatdengananak

#stayathome

Sukoharjo, 12 April 2020