Oleh: Ms. Aulia Nur Khasanah, S.Pd.
~ Geography Teacher in SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura~
____________________________________________________
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan berkaca terhadap situasi bumi dengan berbagai degradasi lingkungan, sudah waktunya masyarakat membangun perilaku lingkungan hidup yang bersandar pada paradigma ekologi.
Untuk itu, interaksi antara sistem sosial dan lingkungan perlu dibangun dalam perwujudan sebuah relasi baru. Sebuah organisasi sosial yang membentuk sistem sosial (nilai, ideologi, kepribadian, pola eksploitasi sumber daya, organisasi sosial) harus terbentuk di atas nilai kesadaran dan norma yang bersama-sama faktor pengetahuan dan niat mendorong serta membentuk perilaku ekologi.
Aktivitas pro lingkungan hidup pun harus ditampilkan dalam ruang publik. Membangun kesadaran kolektif dan aksi nyata mengatasi masalah lingkungan harus menjadi agenda real di tingkat masyarakat. Perilaku pro lingkungan pun berarti menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Dengan pro lingkungan berarti manusia peduli terhadap manusia lain lewat kepedulian terhadap bumi; dengan mewariskan dan menjadikan bumi sebagai tempat hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Ambilah sebuah contoh tentang permasalahan sampah. Masyarakat urban kota di Indonesia, saat ini menghadapi berbagai kompleksitas masalah sampah. Bahkan pernah disebut kota-kota di Indonesia pun dinyatakan darurat sampah. Sampah telah menjadi momok. Dari sampah rumah tangga hingga beragam ceceran limbah plastik yang berada di perairan dan sungai.
Apa akar masalahnya? Tak lepas dari perilaku non edukatif yang tidak pro lingkungan.
Gaya hidup dan perilaku organik bisa menjadi jawabnya. Kurangi konsumsi penggunaan plastik. Jangan buang sampah plastik sembangan. Gantikan plastik sekali buang dengan material yang dapat digunakan berkali-kali. Gunakan tumbler untuk mengganti kemasan air mineral sekali buang.
Hal ini tentunya akan efektif untuk mengurangi samapah plastik. Jika dilakukan secara luas, menjadi gerakan sosial, tentunya akan membawa dampak signifikan dalam konteks masyarakat luas. Apalagi, perubahan perilaku komunitas dapat didukung oleh regulasi yang mendorong perubahan perilaku. Pemerintah pun perlu menyiapkan insentif bagi perilaku ramah 3R (reduce, recycle, reuse) baik di tingkat individu maupun rumah tangga.
Contoh di atas masih bersifat sederhana. Masih banyak isu dan masalah lingkungan yang perlu didorong menjadi agenda publik ke depan dalam membangun kepedulian terhadap bumi. Sebutlah masalah pencemaran, polusi, deforestasi, rusaknya habitat satwa, lepasan gas rumah kaca, peracunan tanah dan masih banyak lagi. Satu hal yang pasti, sesuatu yang menjadi konsep bersama, akan menggaung menjadi sebuah agenda kerja bersama yang besar.
Dengan keberpihakan terhadap permasalahan bumi, lewat membangun relasi baru terhadap alam dan lingkungan, maka bumi akan menjadi tempat yang lebih baik dan layak untuk dihuni.
Sukoharjo, Mei 2020
Komentar Terbaru