Oleh : Chika Radya Puspita (Siswi kelas XI MIPA SMA Muh Al Kautsar PK Kartasura)
Mengawali hari Senin menumbuhkan semangat Annisa Qurota (16). Usai wudhu dengan air mengalir sekaligus melafalkan“Asy-hadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” Seraya mengenakan mukena biru dongker kesayangannya dan membentangkan sajadah, Annisa menjalankan ibadah salat subuh dengan hati teduh.
Mencuci tumpukan piring di wastafel dan menyapu ruangan di rumah sebagai bentuk birul walidain Annisa terhadap orangtua. “Nisa, tolong kamu sapukan ruang depan supaya tamu berkunjung di rumah kita nyaman,” perintah ibu dengan nada khasnya. Annisa segera menggenggam sapu ijuk menuju ke ruang tamu.
Menyempatkan diri setoran murajaah pagi ke guru tahfiz sambil melaksanakan tugas harian di rumah. Hingga tak terasa jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) segera dimulai. Annisa menyiapkan diri duduk di meja belajar mendengar pelajaran fisika dari google meet. Bisa dipastikan masa pandemi ini hampir sebagian besar peserta didik seluruh dunia sibuk di depan layar laptop tak terkecuali Annisa.
Annisa habiskan kertas demi kertas mencoret rumus fisika yang rumit dipahami. Pembelajaran daring memang menyulitkan peserta didik untuk memahami materi seperti matematika wajib, matematika peminatan, kimia, bahkan fisika yang berhasil membuat Annisa pusing tujuh keliling. Grup whatsapp yang sengaja Annisa buat bersama beberapa temannya sangat membantu mencairkan suasana tatkala tidak memahami materi yang dijelaskan “Apakah hanya aku disini yang bingung dengan pelajaran tadi?,” pesan singkat dari temannya itu berhasil membuat Annisa terkekah karena bukan hanya dirinya yang tidak mampu memahami materi..
Waktu istirahat pun Annisa gunakan untuk diskusi bersama di grup whatsapp mengenai beberapa materi yang tidak mereka pahami. Kegiatan diskusi mengarah saling memberi pengertian antar anggota grup yang belum memahami materi. “Menurut saya Annisa tipikal murid yang mudah untuk diajak kerjasama, jadi ketika dia berinisiatif untuk membuat grup, saya memberi persetujuan karena dibentuknya grup belajar tersebut, saya beserta teman lainnya mendapatkan dampak positif.” tutur Aulia sebagai teman dekat Annisa dari bangku SMP sampai SMA.
Siang hari adalah jam tepat bagi Annisa untuk setoran mingguan sebagai syarat ujian. Ditengah Annisa menyetorkan hafalan kepada guru mentoring melalui video call dirinya tetap menerapkan prinsip tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun. “Kejujuran adalah segalannya, kamu memang bisa mendapatkan nilai bagus dengan mencontek tapi ingatlah satu hal bahwa kepercayaan seseorang tidak akan datang untuk yang kedua kalinya,” kukuh Annisa.
Setelah menyetor hafalan Annisa kembali memikirkan pelajaran yang belum dipahami, Fisika. Pikiran Annisa hanya terpusat satu hal, “Aku harus cari jalan keluar agar bisa paham materi tadi sebelum ujian besok,” ujar dia penuh keyakinan. Tidak berselang lama Annisa teringat satu program sekolah yang memang jarang digunakan peserta didik SMALKA yaitu program SULTAN (Konsultasi Tanya) sebagai fasilitas tambahan diluar jam pelajaran.
Sistem SULTAN diselenggarakan saat peserta didik membutuhkan bimbingan langsung dari guru mata pelajaran dengan tatap muka, namun masih patuh terhadap protokol kesehatan yang berlaku. Merangkai kata formal untuk pengajuan program Sultan, Annisa mengetik ucapan salam dan mengirim surat pernyataan kepada guru fisika yang merupakan satu-satunya materi tersulit baginnya. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Annisa mendapat respon bahwa bimbingan SULTAN dapat dilakukan hari ini dari siang hingga sore.
Segeralah Annisa mengemasi berbagai peralatan penting seperti buku paket fisika, buku tulis, buku coretan, beserta tempat pensil. Tidak memakan waktu lama, Annisa telah sampai di pekarangan sekolah dengan cepat karena memang jarak tempuh antara rumah dengan SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK sangat dekat.
Duduk di salah satu bangku kelas sambil mengeluarkan seluruh peralatan belajar, rasa antusiasme Annisa menambah ilmu semakin bergelora. Namun suhu pendingin ruang kelas membuat rasa kantuk Annisa tidak terkalahkan dengan semangat belajarnya. Tiba-tiba suara pintu terbuka membuat Annisa kembali tersadar bahwa guru pengampu mata pelajaran fisika telah datang.
Lesehan di lantai kelas Bu Lisa menjelaskan materi Elastisitas dan Hukum Hooke secara mendetail kepada Annisa yang sibuk bergelut mencatat kawanan angka dibuku tulisnya. Dentingan jam mulai menunjukan pukul tiga sore yang membuat salah seorang guru dan peserta didiknya menghentikan aktivitas mereka. Annisa dengan cekatan mengucapkan banyak terimakasih kepada Bu Lisa karena bersedia memberikan pelajaran tambahan di luar KBM.
“Selain keingintahuan tinggi saya pribadi sebagai seorang guru bangga memiliki murid seperti mbak Annisa, karena saat tidak memahami materi pelajaran ia tidak menyerah begitu saja, melainkan dia tetap berusaha untuk mencari solusi permasalahan seperti halnya memanfaatkan program SULTAN tadi.” jelas Bu Lisa mengapresiasi usaha Annisa
Suasana sore sehabis mengikuti program SULTAN, bagi Annisa sekadar mengekspresikan ide pada selembar kertas putih adalah kebiasaan yang sering ia lakukan sejak SD. Tanpa banyak membuang waktu untuk berpikir panjang, Annisa segera menuangkan gagasan pada lembaran kertas yang penuh coretan imajinasi konsep kaligrafi. Masih setia pada posisi sedia kala, kini Annisa selesai menggambar sketsa kasar pada canvas berukuran sedang hasil paduan keseluruhan konsep dasar.
Mengenai kaligrafi Annisa adalah pakar terbaik di SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK. Teman sekelas Annisa beranggapan ia sangat berbakat dalam bidang seni ini. “Walaupun Annisa berbakat dalam bidang tersebut, saya justru salut akan ketekunanya dalam berlatih kaligrafi,” ucap teman seangkatannya, Cueva. Bahkan belum lama ini Annisa sempat menduduki posisi kedua lomba kaligrafi tingkat nasional pada acara Musabaqoh Khattil Qur’an (MKQ) Putri UNS.
Meluangkan waktu demi mengistirahatkan tubuh setelah melewati banyak kegiatan yang menerjang sepanjang hari. Bunyi dering notifikasi whatsapp kembali membuat fokus Annisa beralih ke layar telpon genggam miliknya. Di sana terpampang jelas grup Jateng Gayeng sedang memaparkan program-program kedepan. Membagikan sedekah atau membuat karya bermanfaat ialah dua pilihan bagi para anggota program Jateng Gayeng sebagai sarana berbagi ditengah kesulitan pandemi Covid-19.
“Saya mengikuti gerakan Jateng Gayeng karena selain memberi pengalaman bagi diri sendiri program ini membuat diri saya teringat akan satu buku berjudul pemimpi(n) karya Wildan Alamsyah yang didalamnya terdapat kutipan ‘Dari kopi kita belajar pahitnya kehidupan, dari air zamzam kita belajar berkahnya kehidupan. Tinggal pilih mana yang baik untukmu’ bunyinya. Jika saya ingin seperti air zamzam maka setidaknya saya harus ikut andil dalam membawa keberkahan untuk orang lain, seperti melalui perantara diri saya pribadi yang menjadi bagian dalam program Jateng Gayeng,” kata Annisa.
Belajar dari manajemen waktu Annisa, pelajar dimanapun ia berada seharusnya mampu meniru kegiatan positif seorang peserta didik dari kabilah SMA Muhammadiyah Alkautsar PK, yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebagai acuan perbaikan diri. “Setiap orang memiliki jatah kesetaraan waktu dan pilihan ada ditangan setiap kalian. jika kamu membuang waktu bagai sampah maka bersiaplah akan datang sebuah kemalangan dan apabila kamu mengivestasikan waktu bak mutiara berharga maka tunggulah keberhasilan akan menghampirimu secara nyata,” kutip Annisa. Kalimat tersebut mengisyaratkan kepada diri kita sebagai kaum pelajar bangsa untuk mulai menginvestasikan waktu muda kita semaksimal mungkin sehingga kedepannya para calon penerus bangsa mampu mengemban dan melanjutkan perjuangan pahlawan terdahulu.
Komentar Terbaru