Jarum Penyuntik Harapan

Jarum Penyuntik Harapan

Oleh : Chika Radya Puspita (Siswi Kelas XI MIPA SMA Muhammadiyah Al Kautsar PK Kartasura)

Notifikasi handphone Annisa berdering lirih di tepi meja. Kiriman pesan singkat dari kepala sekolah membuat Annisa terlonjak kaget saat mendapat kabar, bahwa bapak presiden Indonesia akan menghadiri sekolahnya dalam rangka meninjau kegiatan vaksinasi massal pelajar. Ketrampilan kaligrafi Annisa lantas membuat dia terpilih sebagai pelajar yang akan bertemu bapak presiden untuk memberikan karya terbaik.

Segera Annisa menyiapkan ide dasar sebelum melakukan proses melukis di kanvas ukuran sedang. Menimbang kondisi pandemi terus berlanjut membuat Annisa ingat satu ayat al-qur’an “wa iza maridtu fa huwa yasyfin” surah Asy-syu’ara ayat 80. Terjemahan surah tersebut memiliki makna indah bagi Annisa “Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkanku.”

Akhir pekan tidak berlaku bagi Annisa sebab ia sibuk berkutat dengan kuas dan cat. Siang hingga malam Annisa pantang berhenti sebelum karya selesai diciptakan. “Kalau dibilang capek pasti, tapi jika mengenai kaligrafi aku tidak akan menyerah apalagi karya ini akan dipersembahkan kepada bapak presiden Indonesia, dan tentu akan menjadi kebanggan tersendiri bagiku,” ujar Annisa.

Sepanjang pengalaman Annisa membuat kaligrafi, baru kali ini ia merasa sangat puas akan hasil tangan mungilnya. Apalagi setiap detil pewarnaan harus ia perhatikan demi hasil karya mengesankan bagi bapak presiden Jokowi. Faktor lain seperti jenis kaligrafi kontenporer Annisa pertimbangkan dengan matang supaya semakin dikenal oleh masyarakat.

Kabar tidak terduga membuat suasana hati Annisa mendung karena vaksinasi massal pelajar ditempatkan di SMA Negeri 1 Kartasura. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi Annisa untuk bertemu bapak Jokowi menyerahkan kaligrafinya. Hal ini tidak membuat Annisa berkecil hati Karena ia akhirnya akan divaksin meskipun tidak jadi bertemu bapak Jokowi.

Tepat hari Senin (13/09/21) pukul 13.00 WIB Annisa beserta teman-teman menghadiri acara vaksinasi di SMA Negeri 1 Kartasura. Antrian panjang membuat rasa bosan menumpuk hingga salah satu teman Annisa membuka obrolan. Membicarakan hal random hingga lelucon kekinian membuat suasana baru terbentuk kembali.

Terlebih ujian semester pertama sedang berlangsung obrolan  mengarah ke mata pelajaran biologi yang akan diujikan besok. Bagi Annisa dan teman-temannya biologi tidak terlihat sulit dibandingkan mata pelajaran menghitung, namun dengan banyak nama latin membuat mereka kurang memahami konteksmateri apabila hanya membaca tanpa dijelaskan secara rinci oleh guru pengampu. Kondisi pandemi sekarang juga belum memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti tahun sebelum covid melanda. Memanfaatkan fasilitas tambahan sekolah berupa SULTAN (Konsultasi Tanya) adalah kesempatan berharga bagi Annisa dan teman-teman untuk melakukan pembelajaran langsung bersama guru.

Pertemuan antara Annisa dengan teman sekolah dalam antrian panjang vaksinasi pelajar memperkuat harapan besar pembelajaran tatap muka segera dilakukan. Rindu rasanya mengingat kegiatan belajar mengajar sebelum pandemi. Bisa bertemu karena sama-sama ingin memperdalam pengetahuan biologi waktu itu sangat asik. “Kapan lagi aku bisa merasakan momen bersama teman SMA, jika kurun waktuku disini hanya tersisa kurang lebih satu tahun lagi,” ujar Annisa.

Letih terasa selepas Annisa dan teman sekelas mengantri menerima suntikan jarum vaksin. Sembari dengan tetap menerapkan social distancing beserta protokol kesehatan, Harum teman sekelas Annisa bertanya, “Gimana rasanya setelah akhirnya dapat merasakan jarum vaksin?.” Rasya menanggapi dengan serius, “Aman, justru aku senang karena selain vaksinasi massal pelajar di SMA Negeri 1 Kartasura teryata presiden kita juga melakukan kunjungan walaupun tidak dilaksanakan di sekolah kita dan satu hal lagi pembelajaran tatap muka bisa segera berlangsung.” Menyimak perbincangan mereka membuat Annisa meraskan hal sama bahwa akan lebih baik jika kegiatan belajar mengajar dapat diberlakukan secara langsung di sekolah.

Tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat beberapa orangtua melarang anak ikut serta dalam vaksinasi massal pelajar. Beragam jenis vaksin membuat ayah dari seorang pelajar bernama Naira menetapkan jika anaknya hanya diperbolehkan melakukan vaksin apabila jenis moderna. Pendirian ayah Naira anak harus diberikan pengobatan terbaik seperti salah satu jenis vaksin buatan Amerika dipercaya jauh lebih efektif daripada vaksin sinovac asal negeri China. Berbanding terbalik dengan tanggapan orangtua Annisa bahwa vaksin sangat dibutuhkan apalagi jika anaknya adalah seorang pelajar yang mengharapkan sistem kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali diberlakukan. Satu kesamaan antara Annisa dan Naira jikalau mereka ingin kembali merasakan menapakkan kaki di gedung sekolah bersama teman seangkatan. Kedua pandangan berbeda orangtua nantinya akan mempengaruhi jalan kedepan anak, walaupun sebenarnya setiap keputusan memiliki maksud positif masing-masing.

Harapan seluruh pelajar Indonesia terhubung pada jarum suntik vaksinasi sebagai langkah awal dijalankan kembali pembelajaran tatap muka. Sudah jenuh akan materi pelajaran tanpa pemahaman dan tumpukan tugas selalu hadir tanpa memberikan ruang rihat sementara. “Aku ingin segera melaksanakan sekolah tatap muka karena selain lebih mudah dalam menerima pembelajaran aku juga dapat menciptakan momen bahagia bersama temanku,” jelas Annisa menanggapi.

Pembagian surat peryataan tatap muka telah sekolah keluarkan sebagai permintaan persetujuan orangtua mengenai sistem sekolah offline ditengah kondisi pandemi covid 19. “Saya mengijinkan anak saya untuk melaksanakan kembali pembelajaran tatap muka apabila telah menjalankan vaksinasi dan alhamdulillah tepat beberapa hari lalu pemerintah menggalakan vaksinasi pelajar massal di SMAN 1 Kartasura,” tutur orangtua Rasya menambahkan. Banyak dari kalangan orangtua pelajar sangat mengharapkan sekolah tatap muka segera diberlangsungkan. Sekolah online memiliki beberapa pandangan buruk orangtua terhadap anaknya seperti ketika sedang sibuk berkutat dengan layar handphone menjadikan anak cenderung tidak dapat lepas dari alat elektronik gepeng..

Dampak positif maupun negatif akan selalu lekat dengan segala persoalan yang terjadi dikehidupan tak terkecuali ancaman pandemi saat ini. Kekhawatiran terhadap pendidikan anak membuat pihak sekolah segera turun tangan dalam menyelesaikan permasalah antar orangtua pelajar. Menimbang segala persoalan dengan teliti SMA Muhamadiyah Al-Kautsar PK memutuskan untuk membuat program SULTAN yang awal hanya sebagai fasilitas tambahan menjadi kegiatan wajib. “Belum adanya ijin untuk melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka membuat saya sebagai bagian kurikulum menengahi permasalah antar orangtua dengan mengubah sistem SULTAN sebagai kewajiban bagi para pelajar SMA Muhammadiyah Al-Kautsar PK yang nantinya akan dilaksanakan secara bergilir setiap kelas dengan tetap patuh terhadap protokol kesehatan,” Kata bu Wahidah.

Sistem SULTAN membuat harapan para pelajar menjadi terealisasikan. Orangtua kini dapat tenang akan kelanjutan pendidikan anak untuk kedepan. Berjalan beriringan untuk mencapai tujuan membuat suatu permasalahan sulit menjadi mudah diselesaikan apabila semua ikut andil membantu. Biarpun SULTAN hanya bisa dilakukan secara bergilir antar kelas setiap harinya keputusan tersebut cukup menjawab keresahan orangtua akan pendidikan dan juga harapan pelajar SMA Muhammadiyah Al-Kautsar PK untuk mengukir momen baru masa SMA mereka.